Jakarta – Bukan hanya seorang perwira tinggi TNI AU, Marsma Fajar Ardiyanto juga dikenal sebagai sosok yang hangat, dermawan, dan dekat dengan masyarakat.
Kepergiannya dalam kecelakaan pesawat di Bogor, Sabtu (2/8), meninggalkan duka mendalam, bukan hanya di tubuh militer, tapi juga di hati para tetangga dan warga sipil yang mengenalnya.
Kecelakaan tragis itu terjadi saat Marsma Fajar tengah menjalani latihan rutin dalam rangka pembinaan personel Federasi Aero Sport Indonesia (FASI), organisasi olahraga dirgantara nasional yang berada di bawah naungan TNI AU.
Ia bertugas sebagai pilot dalam penerbangan tersebut, didampingi oleh Roni sebagai co-pilot.
Pesawat lepas landas dari Lanud Atang Sendjaja pukul 09.08 WIB dan hilang kontak 11 menit kemudian.
Lokasi jatuhnya ditemukan tak jauh dari TPU Astana. Meskipun sempat dievakuasi ke RSAU dr. M. Hassan Toto, nyawa Marsma Fajar tidak tertolong.
Namun, di balik semua kronologi dan prosedur militer yang menyertai kepergiannya, ada sosok pribadi yang sangat dirindukan banyak orang.
“Beliau itu orang baik, sangat merakyat. Nggak segan menyapa siapa pun. Kami sangat kehilangan,” ujar Syah, warga Kompleks TNI AU Pancoran, Jakarta Selatan, tempat Marsma Fajar tinggal bersama keluarganya.
Menurut Syah, Marsma Fajar kerap terlihat salat berjemaah di masjid, bahkan sering datang lebih awal dari jemaah lain. Ia juga dikenal sebagai pribadi yang gemar bersedekah tanpa banyak bicara.
“Sering nitip uang ke pengurus masjid, katanya untuk sedekah. Kadang juga suka beliin anak-anak kecil jajanan di sekitar sini,” tambahnya.
Tak hanya soal ibadah dan kebaikan hati, Marsma Fajar juga dikenal aktif secara fisik. Ia rutin bermain badminton dan tak segan bergabung dengan warga untuk kegiatan olahraga atau sekadar ngobrol santai.
Di tengah kesibukannya sebagai perwira tinggi, Marsma Fajar tetap menjaga kedekatan dengan lingkungan. Kehadirannya bukan hanya sebagai tokoh militer, tapi juga sebagai bagian dari masyarakat yang membumi.
“Anak-anak di kompleks sering manggil beliau Pak Fajar. Mereka suka banget karena beliau ramah dan suka bercanda,” kenang salah satu tetangga.
Kepergian Marsma Fajar Ardiyanto menjadi pengingat bahwa pengabdian militer bukan hanya tentang misi dan pesawat. Ada sisi kemanusiaan, ada keluarga, ada orang-orang yang ditinggalkan dengan kenangan indah.
Kini, nama Marsma Fajar tak hanya tercatat sebagai prajurit yang gugur dalam tugas, tetapi juga sebagai sosok panutan yang hidupnya dipenuhi kebaikan kecil yang sangat berarti bagi banyak orang.
TNI AU menyampaikan duka cita dan penghargaan tinggi atas dedikasi almarhum. Upacara militer disiapkan untuk menghormati pengabdian terakhirnya.
Langit telah kehilangan satu penjaganya, namun kebaikannya tetap membekas di bumi.