|
Gambar saat mobil Pertamina melintasi jalan yang ada di pedalaman Ketapang (istimewa). |
Borneo Tribun, Ketapang - Beberapa wilayah pedalaman kabupaten Ketapang Kalbar, masih berharap agar distribusi BBM jenis solar subsidi memakai drum yang dilengkapi surat rekomendasi tetap diberlakukan seiring terbatasnya jumlah SPBU di beberapa kecamatan.
Diantaranya warga desa yang berasal dari desa Danau Buntar, desa Jambi, desa Kebanteng, desa Terusan, desa Kalimantan, desa Air Tarap di kecamatan Manis. Pun demikian dengan warga dari desa Air Hitam besar serta desa Air Hitam Kecil kecamatan Kendawangan.
Ujang (41) salah satu warga desa Danau Buntar kecamatan Manis Mata mengatakan, BBM jenis solar diperlukan untuk menyalakan mesin diesel listrik (genset). Sepekan lebih ini, Ia mengaku sulit mendapatkan solar di agen atau toko pengecer di kampungnya karena agen atau toko dikampung dia tidak dapat solar.
"Karena kampung kami belum ada listrik PLN, kami jika malam hari pakai genset. Tapi saat ini, mendapatkan solar sulit dikatakan langkalah gitu," katanya, Minggu (31/7/22).
Ujang mengaku tahu soal larangan pembelian BBM memakai drum. Lantaran itu, Ia berharap ada kelonggaran bagi masyarakat yang berdomisili di pedalaman Ketapang yang belum ada SPBU dan tida ada listrik PLN.
"Kamipun tidak mau ngeluh lebih sebenarnya, tapi diam di hulu ini semua serba susah, jalan banyak rusak, akses telekomunikasi sulit, harga kebutuhan pokok mahal pun kami tak protes. Tapi untuk solar ini, kami sangat berharap agar ada kebijakan yang meringankan beban kami," kata dia.
Dia mendukung jika polisi menertibkan pembelian solar memakai drum yang disalahgunakan. Tetapi jika peruntukan BBM tersebut benar-benar untuk warga, Ia berharap agar bersikap bijak.
"Kami dukung penertiban kalo rekomendasi itu disalahgunakan, beli minyak tapi untuk kepentingan usaha pribadi. Tapi jangan semua, cek dulu, awasi, benar apa ndak solar yang diangkut pakai drum itu untuk kebutuhan masyarakat,"katanya.
Warga lainnya bernama Usman asal desa Jambi mengatakan merasa terbantu dengan adanya agen-agen atau pengecer di warung yang menjual BBM solar.
Sebabnya kata dia, mereka bisa menghemat waktu, dan dapat membeli sesuai kebutuhan.
"Kan kami perlunya hanya untuk mengisi mesin diesel listrik kami, paling 5 atau 10 liter lah cukup, sudah bisa nyala listrik kami 6-7 jam. Kalau tidak ada solar, kami terpaksa pakai lampu senter atau pakai obor kecil (pelita)" kata Usman.
Sementara itu, penggiat LSM Peduli Kayong Suryadi mengatakan dibalik kesulitan masyarakat pedalaman Ketapang akan BBM kerap dimanfaatkan oleh oknum tertentu untuk mencari keuntungan pribadi.
"Misalnya, mereka ada surat rekomendasi tujuannya misal dibawa ke kecamatan A, tau-taunya minyak itu diperjual belikan ke daerah pertambangan ilegal. Sehingga tetap saja masyarakat jadi korban," katanya saat dimintai pendapat.
Ia menyarankan perlunya pengawasan ketat bagi pihak yang membeli BBM memakai drum. Dimulai dari SPBU hingga lokasi tujuan angkutan BBM tersebut. Hal ini dilakukan mencegah penyimpangan penggunaan BBM subsidi.
"Jadi harus cek benar-benar. Misalnya dia beli untuk pasokan kecamatan Manis Mata, setelah diketahui jumlah muatannya, bisa diperkirakan, waktu tiba di Manis Mata berapa lama, itu di cek lagi, cukup dan sesuai ndak," kata Suryadi.
Penulis: Muzahidin